Opini: Tatalaksana Intoksikasi Metanol Stabilisasi, Terapi Suportif dan Dekontaminasi

Kabarnusataranews,Makassar– Metanol (CH3OH) merupakan bahan kimia yang ditemukan di dalam alkohol, bersifat volatile, tidak berwarna, bahan yang mudah terbakar dengan bau yang khas. Pada umumnya metanol memiliki daya toksik yang lemah, oleh karena metanol dapat dikonversi secara fisiologis dalam tubuh manusia. Namun penyalahgunaan metanol secara berlebihan dapat menimbulkan gangguan fisiologis bahkan menyebabkan kematian pada manusia.

Metanol atau dikenal dengan spiritus merupakan jenis alkohol dengan struktur paling sederhana, selain ditemukan pada alkohol, metanol juga digunakan dalam kegiatan industri, rumah tangga, dan sebagai bahan bakar.

Kejadian luar biasa intoksikasi metanol meningkat dari konsumsi minuman beralkohol yang tidak berlabel resmi atau produksi rumah tangga yang mudah didapatkan dari berbagai tempat penjualan minuman beralkohol yang ilegal dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan minuman beralkohol yang berlabel.

Berdasarkan dari berbagai laporan kasus mengenai metanol sering disalahgunakan sebagai campuran minuman keras oplosan. Campuran yang digunakan sebagai minuman oplosan bisa bermacam-macam. Intoksikasi akibat metanol biasanya terjadi karena overdosis. Metabolisme sebagian besar terjadi di organ hepar, karena itu salah satu organ pertama yang mengalami kerusakan adalah hepar.

Akibatnya, intoksikasi metanol masih menjadi masalah umum yang belum ditemukan solusinya. Metanol dapat menimbulkan bahaya intoksikasi karena hasil metabolitnya. Setelah diminum segera diserap melalui straktus gastrointestinal kemudian didistribusikan ke dalam cairan tubuh dan mencapai kadar puncak dalam darah sekitar 30 menit sampai dengan 60 menit.

Metanol dapat juga diserap melalui kulit atau traktus respiratorius, namun cara penyerapan ini sangat jarang menimbulkan intoksikasi. Eliminasi metanol dari tubuh manusia melalui mekanisme oksidasi menjadi formaldehida, asam format dan CO2 seperti gambar berikut :

Metanol dapat diabsorbsi di dalam tubuh melalui saluran gastrointestinal, kulit, saluran pernafasan yaitu paru-paru dan didistribusikan ke sistemik. Proses absorbsi metanol bergantung dari dua faktor, antara lain faktor jumlah kadar metanol dan faktor ada tidaknya makanan dalam saluran gastrointestinal.

Gejala dan tanda klinis

Gejala dan tanda toksik metanol tidak segera muncul setelah mengkonsumsi minuman beralkohol, namun ada periode latent sampai metanol dimetabolisme dan menimbulkan akumulasi asam format mencapai kadar toksik. Dalam beberapa jam pertama setelah minum minuman dengan metanol tersebut akan timbul gejala lemas, sakit kepala, mual-muntah, nyeri abdomen dan vertigo. Kemudian selanjutnya dapat terjadi gangguan pernafasan dan hiperventilasi, gangguan pengelihatan (70.96%), bahkan kebutaan pada beberapa kasus yang berat, akut abdomen (67.74% kasus), abnormalitas neurologi berupa konfusi ( 45.16%), stupor sampai dengan koma. Pernafasan Kussmaul, gangguan fungsi jantung dan hipotensi dapat terjadi akibat asidosis.

Kebutaan akibat intoksikasi metanol diawali dengan pengelihatan kabur, berlanjut dengan timbulnya skotoma dan akhirnya menimbulkan kebutaan. Walaupun dengan penanganan yang segera diberikan kebutaan ini masih merupakan skuele yang sering terjadi. Pada pemeriksaan ditemukan refleks pupil yang lambat, dilatasi pupil dan konstriksi lapangan pandang. Gejala pada mata ini dapat terjadi tanpa adanya kelainan pada pemeriksaan funduskopi.

Pada beberapa kasus, dari pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan edema retina atau hiperemi pada diskus optik. Efek kerusakan pada mata ini biasanya terjadi 6-24 jam setelah konsumsi metanol. Atropi optik dapat dilihat pada stadium lanjut (kebutaan permanen).

Mekanisme yang mendasari kerusakan pada mata ini adalah akumulasi formaldehid yang merusak fosforilasi oksidatif dari retina dan asam format yang secara langsung merusak diskus optik.

Diagnosis intoksikasi metanol sulit ditegakkan, karena sulitnya mendapatkan informasi mengenai riwayat yang lengkap kemungkinan paparan terhadap metanol. Penegakkan diagnosis didapatkan berdasarkan dari pemeriksaan anamnesis, gejala dan tanda klinis dan disertai dengan hasil pemeriksaan laboratorium antara lain; asidosis metabolik, peningkatan anion gap, peningkatan osmolal gap, pemeriksaan metanol serum dan atau asam format serum positif.

Tatalaksana awal pada pasien intoksikasi metanol antara lain; stabilisasi airway, breathing, circulation (ABC). Penatalaksanaan jalan napas (Airway), yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. Selanjutnya observasi terhadap kemungkinan terjadi gagal nafas merupakan langkah awal yang penting dalam mencegah mortalitas.

Pencegahan aspirasi diperlukan pada pasien intoksikasi metanol yang mengalami penurunan kesadaran, dengan cara memposisikan pasien left lateral decubitus setelah menggunakan C-spine untuk mencegah komplikasi kemungkinan terjadinya post trauma bagian kepala atau leher.

Penatalaksanaan fungsi pernapasan (Breathing) untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan oksigen untuk menjamin nilai saturasi oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Sedangkan Penatalaksaan sirkulasi (Circulation) bertujuan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi darah dengan pemasangan jalur intravena untuk pemberian cairan dengan pertimbangan terapi koreksi kemungkinan adanya dehidrasi dan gangguan elektrolit atau hipoglikemia.

Pada pasien intoksikasi metanol sering menimbulkan gejala berupa mual dan muntah, yang merupakan indikasi untuk diberikan anti emetik. Hiponatremia merupakan salah satu komplikasi yang sering muncul pada pasien dengan gejala muntah yang berlebihan. Setelah stabilisasi ABC dan terapi supportive telah diberikan, maka pertimbangan terapi lanjut secara definitif berdasarkan tiga prinsip tatalaksana intoksikasi metanol antara lain; koreksi asidosis metabolik, menghambat metabolisme metanol, dan mempercepat eliminasi metabolit.

Beberapa studi Randomized controlled trial (RCT), menyatakan bahwa, tidak ada acuan baku terapi yang menjadi prioritas utama setelah stabilisasi airway, breathing, circulation, hal ini bergantung pada ketersediaan fasilitas yang ada, beberapa Rumah Sakit pusat Pendidikan, dengan adanya fasilitas Hemodialisa dan persediaan etanol, fomepizole atau asam folat dapat menjadi pertimbangan terapi kombinasi.

Namun Rumah Sakit tertentu yang tidak memiliki fasilitas hemodialisis, dapat dipertimbangkan pemberian etanol, fomepizole atau asam folat menjadi terapi pertama pada kasus intoksikasi metanol. Prognosis yang buruk bila terjadi asidosis metabolik berat. Kematian umumnya akibat gagal nafas dan gangguan fokal susunan saraf pusat.

Oleh. dr. Rahmawati, S.Ked



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *