Opini: Sejarah, Marwah Bangsa dan Peran Lembaga Adat

Kabarnusantaranews, Opini;- Kita lahir ratusan tahun setelah wafatnya Sultan Hasanuddin dan Aru Palakka, tak pernah terlibat dalam perjuangan karaeng Galesong, tak melihat gempitanya La Maddukalleng, Kisah mistik Batara Gowa, Ksatrianya Opu Daeng Risaju, Andi Mappanyukki, Andi Sultan Daeng Raja apalagi jadi saksi perang Ranggong Daeng Romo.

Kita adalah generasi penerus yang tak mungkin mencari siapa yang salah atas gugurnya kusuma bangsa. Siapa yang menghianat, dan siapa yang terhianati.

Cukuplah Kolonialisme yang mengoyak ketentraman negeri ini menjadi terdakwa. Dan sadari, bahwa terjajahnya kita karena kurangnya kemampuan mengendalikan pikiran. Kepentingan dan ego kelompok serta fanatik berlebihan.

Selama 74 tahun Indonesia Merdeka, tugas kita tak mungkin lagi sama seperti pahlawan terdahulu. Kita adalah Generasi penerus kemerdekaan yang begitu beruntung hidup dengan bebas, berjuang tanpa aliran darah.

Dan kita saat ini hanya menjadi penikmat sejarah yang pernah lama membebani rakyat Indonesia pada masa pahit. Olehnya, seruan mengambil peran serta membangun negeri ini wajib hukumnya. Terlibat dalam membangun negeri dengan cara-cara kita sesuai batas kemampuan dan keahlian.

Sebagai pewaris Budaya, peran kita didalam kelas mansyarakat adalah mengajarkan nilai-nilai luhur yang terbangun selama ini disertai semangat patriot dalam menegaskan prinsip kehidupan Siri na Pacce, Accera sitongka-tongka. Pada Idi pada elo’, Sipatuo sipatokkong, mali siparappe’.

Peran kita, selain melestarikan nilai-nilai luhur, adalah menginspirasi nilai-nilai juang yang telah mereka kobarkan dalam penegakan hanga diri dan pengakuan eksistensi sebagai bangsa berkebudayaan. Tetapi juga mampu mengilhami dan meneladani roh perjuangannya.

Dengan strimulus itu, kita harus berusaha memahami, bahwa warisan kemerdekaan belum lunas ditunaikan para pahlawan, sehingga kitalah yang harus melunasi janji kemerdekaan yang belum tercapai.

Maka dari itu, bersatu dalam komunitas budaya sejarah terkait napak tilas para leluhur kita, diamanahkan mampu mengorek kembali acuan berfikir dalam mengisi kemerdekaan.

Paling tidak, jika kita tidak mapu memberikan yang terbaik, maka cukuplah kita turut menjaga marwah kebangsaan yang selama ini dibangun di atas pondasi persatuan dan kebinnekaan.

Lalu apa yang dimaksud dengan marwah bangsa? Dan bagaimana menjaganya? Disinilah peran kita menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak generasi kedepan .

Marwah bangsa adalah investasi ragam budaya, adat dan istiadat yang telah terbangun kokoh dalam kehidupan berbangsa-bangsa, bersuku-suku di atas perbedaan agama dan keyakinan namun tetap terjalin atas nama persaudaraan.

Kita berusaha menjaga marwah itu meskipun ditelikung produk asing yang sering mengancam eksistensi budaya lokal. Maka usaha menjaga Nilai-nilai perjuangan inilah bagian dari penerapan Internalisasi Budaya.

Persepsi masa lalu akan mempengaruhi perspektif masa depan. Begitulah pentingnya sejarah bagi seluruh generasi untuk dipahami secara objektif bukan secara subjektif. Sebab persepsi sejarah masa lampau yang ditafsirkan secara subjektif dalam kelompok dan golongan justru akan mengancam persatun yang pada akhirnya mengoyak indahnya pesan leluhur.

“Poterangi Adaka ri Mangeanna”

Oleh : Zulkifli Mappasomba

Ditulis di Surabaya dalam acara Badan Pembinaan Ideologi Pancasila. BPIP RI.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *