Petahana Harus Waspadai Money Politik Di Pilwali Makassar

Kabar Nusantara News;- Sebagai petahana, pasangan Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto-Indira Mulyasari (DIAmi) diingatkan untuk mewaspadai strategi money politik yang mungkin saja ditempuh penantang sebagai jalan terakhir untuk merubah konstalasi politik.Makassar (19/03/2018)

Direktur Riset Celebes Research Center (CRC) Andi Wahyuddin Abbas mengatakan berdasarkan risetnya baru-baru ini, sebanyak 38,1 persen pemilih di Makassar toleran terhadap money politik. Dengan kata lain, hampir setengah pemilih Makassar rela membayar hak suaranya dengan imbalan berupa uang dan barang atau sejenisnya.

“Angka ini sangat besar untuk ukuran kota metropolitan yang ciri dominan masyarakatnya rasional dalam memilih pemimpin. Di samping itu petahana harus mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi karena pemilih rasional itu dinamis dalam menentukan pilihannya. Sebab mereka selalu mengikuti perkembangan mutakhir,” kata Wahyuddin dalam seri diskusi Bedah Pilkada Kota Makassar, di Warkop Dottoro Boulevard, Senin (19/03/2018).

Diskusi ini digelar oleh grup Whatsapp Political News bekerjasama dengan Komunitas Wartawan Politik Makassar. Tema yang diangkat adalah Pengaruh Kepuasan Publik Terhadap Peluang Petahana.

Direktur Eksekutif Nurani Strategic Nurmal Idrus yang turut hadir sebagai narasumber menambahkan, berkaca pada Pilkada Takalar, salah satu strategi untuk mengalahkan incumbent adalah dengan jalan money politik.

“Saya sangat percaya dengan anomali suara. Di mana suara bisa berbalik dalam sekejap. Misalnya karena ada kejadian luar biasa, forcemajor, tersangka korupsi, serta money politik yang terstruktur sistematis dan massif (TSM).

Contohnya Takalar, petahana kalah karena kemampuan penantang untuk menaikkan partisipasi pemilih di daerah basisnya, dan menekan partisipasi pemilih di daerah basis lawan,” tegas mantan Ketua KPU Makassar ini.

Tidak jauh berbeda, pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Dr Jayadi Nas mengingatkan petahana bahwa pasangan Munafri Arifuddin-Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) bukanlah penantang yang bisa dianggap remeh meski elektabilitasnya masih jauh dibawah petahana.

“Andai sekedar Appi-Cicu yang dilawan maka itu tidak menjadi ancaman. Tapi karena ada keterlibatan kelompok-kelompok kepentingan di belakang Appi-Cicu yang kekuatannya jauh lebih luar biasa, maka kondisi politik bisa saja berputar balik 180 derajat,” ingat Jayadi.

Menurutnya elit-elit politik seperti Aksa Mahmud, Ilham Arief Sirajuddin dan mungkin saja termasuk Jusuf Kalla, serta tokoh-tokoh partai politik yang ada di belakang Appi-Cicu adalah lawan petahana yang sebenarnya.

“Karena ada perusahaan besar yang dipertaruhkan. Nama baik pembesar-pembesar politik yang dipertaruhkan. Ini tidak sekedar mendorong saja. Tapi ada kekuatan besar yang bisa merubah,” tandas Jayadi.

“Tapi apapun itu. Tidak ada alasan money politik bisa dibenarkan dalam pentas demokrasi. Karena masa depan Kota Makassar dan masyarakat selama 5 tahun ke depan menjadi taruhannya,” tutup Jayadi. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *