Luthfi Andi Mutty : Memilih Itu Kodrat

Kabar Nusantara News;- 17 April 2019 pilpres dan pileg untuk pertama kali akan digelar bersamaan. Berbagai pihak yang terlibat dalam pesta besar politik lima tahunan itu, mulai bersiap, Pemerintah bersiap KPU bersiap,Bawaslu bersiap,Parpol bersiap,Capres dan caleg bersiap.Opini (27/10/2018)

Bagi parpol,capres dan caleg, segala persiapan dilakukan untuk meraih kemenangan, kemenangan memang penting bagi parpol dan politisi karena tudak ada ukuran keberhasilan dalam politik,selain menang pemilu. Karena itu, segala daya dan upaya dilakukan untuk meraih simpati pemilih.

Memilih pada hakekatnya adalah kodrat. Artinya, tak ada satu pun manusia di muka bumi ini yg bisa menghindar dari memilih. Membaca status ini hingga selesai pun sebuah pilihan. Memilih atau tidak pada pemilu 2019,pun sebuah pilihan.

Bagi masyarakat yang sudah matang berdemokrasi, memilih untuk tidak memilih karena sadar mengapa tidak memilih, jauh lebih bermutu dari pada memilih tetapi tdk tau untuk apa memilih.

Karenanya, mereka sangat hati-hati dlm memilih pemimpin politik.Mereka sadar bahwa salah dalam memilih akan melahirkan penyesalan, paling tidak selama 5 tahun.

Apa acuan dalam memilih? Secara sederhana ada dua,Pertama, pelajari “track record” org yg akan dipilih Agar tahu persis latar belakang dan sepak terjangnya selama ini terutama yg berkaitan dengan moral sosial.

Dalam kaitan ini, kasus Edward (Ted) Kennedy sering jadi contoh.Ted tidak pernah bisa lolos jadi calon presiden AS karena 2 hal. Pertama, KEJUJURAN.

Dalam riwayat, Ted pernah kedapatan “nyontek” saat ujian di tingkat SMP, Bagi sebagian orang nyontek itu adalah perilaku yg jamak bukan hal yg luar biasa Tapi bagi warga Amerika yg sangat menjunjung tinggi nilai kejujuran, nyontek adalah wujud dari perilaku tidak jujur. Orang Amerika yg memiliki standar moral sosial yg tinggi, sangat sadar tidak mau dipimpin oleh orang yang tidak jujur.

Kedua,TANGGUNG JAWAB ketika jadi senator, Ted bersama sekretarisnya, seorang wanita, saat mengendarai mobil tercebur ke sebuah danau. Ted selamat. Sementara sekretarisnya yg tdk bisa berenang dia tinggalkan mati tenggelam.

Dalam investigasi, ditemukan bahwa Ted tidak berusaha menolong sekretarisnya. Di mata warga Amerika, tindakan Ted adalah bentuk dari tidak adanya tanggung jawab.

Bagaimana mungkin dia mau bertanggung jawab atas nyawa 250 juta warga Amerika, jika nyawa 1 org saja tidak bisa dia pertanggungjawabkan? Maka menyerahkan diri dipimpimpin oleh orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab, jelas sebuah ketololan.

Terkait dengan moral sosial dan moral individu, skandal Watergate yg melibatkan presiden Nixon dan skandal Monica Lewinsky yg menyeret presiden Clinton bisa jadi pembanding.

Kemenangan Nixon dalam pemilu lewat penyadapan atas lawannya dari partai Demokrat, di mata rakyat AS, cacat moral sosial. Rakyat AS tdk memberi maaf atas skandal ini dan menjadi skandal politik terbesar dalam sejarah Amerika. Nixon menjadi presiden pertama Amerika yg mundur dari jabatan,Itu dilakukan untuk menghindari “impeachment” dari Congress.

Kenapa itu bisa terjadi? Karena Nixon dinilai tidak jujur dan rakyat Amerika tidak mau dipimpin oleh orang yang tidak jujur.

Menang dalam politik memang harus tapi menang dengan culas itu haram.

Maka aneh jadinya jika dibandingkan dengan pola pikir sebagian elit politik kita yg berprinsip, tidak ada yang haram dalam politik, kecuali kalah. Sungguh sebuah prinsip tuna moral. Karena untuk menang, segala cara dihalalkan.

Implikasinya, kejujuran dan tanggung jawab menjadi barang langka di negeri ini. Korupsi, kolusi, nepotisme menjadi tontonan sehari-hari.

Bagaimana dengan skandal Lewinsky? Clinton terlibat “affair” dengan stafnya yang sexy itu. Bahkan mengakui dengan jujur telah khilaf melakukan hubungan sex dengannya.

Awalnya rakyat Amerika gempar,Marah,Protes Tetapi ketika istri Clinton, Hillary, tampil ke depan publik dan menyatakan memaafkan perbuatan suaminya yang “khilaf” dengan serta merta rakyat Amerika langsung memaafkan Clinton.

Ada 2 alasan kenapa mereka memaafkan Clinton. 1. Jika Hillary Clinton, orang yang secara pribadi paling dirugikan saja sudah memaaf kan, loh kenapa orang lain yang tidak ada sangkut pautnya secara pribadi harus sewot. 2. Affair antara Clinton dan Lewinsky adalah skandal pribadi dua anak manusia.

Jadi menyangkut moral individu. Sedangkan skandal Watergate menyangkut moral sosial. Di situ ada nilai kejujuran dan tanggung jawab yg dilanggar.

Acuan kedua dalam memilih adalah mengetahui wawasannya.Calon pemimpin harus diketahui apa yg ada dalam benaknya. Hal itu dapat ditelusuri lewat retorika dan dari tulisannya. Jadi, kalau seorang politisi tidak pernah menyampaikan wawasannya lewat retorika atau lewat tulisan,lantas bgmn kita tahu wawasannya.

Pendeknya, wawasan sangat penting, terutama bagi anggota parlemen. Ingat. Parlemen berasal dari kata “parle”. Artinya “bicara”. Kita tidak boleh membiarkan parlemen diisi oleh orang-orang yg berlabel 6 D. Datang, Duduk, Dengar, Diam, Duit, Ditangkap.

Maka jadilah pemilih cerdas. Pelajari track recordnya, cermati wawasannya. Jgn membeli kucing dalam karung.(*)

Luthfi Andi Mutty

Anggota DPR-RI



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *