Luthfi A.Mutty : Siri’ Dan Pengendalian Diri

Kabar Nusantara News;- Di bagian 1 tulisan ini saya  mengulas makurang siri’ yang berdampak pada nepotisme. Berikut saya mau mengulas dampaknya terhadap kolusi.Opini (25/10/2018)

Kolusi adalah persekongkolan jahat para pihak untuk meraih keuntungan dengan merugikan banyak pihak lainnya. Harus diakui bahwa ketidak mampuan mengendalikan diri menyebabkan kolusi kian marak saat ini.

Pengaturan tender adalah contoh vulgar tentang kolusi.Sarang kejahatan itu ada di ULP. Sebagai lembaga pengelola tender, ULP seharusnya memberi peluang yang sama kepada para peserta tender untuk bersaing sehat.

Tetapi sudah jadi rahasia umum bahwa pemenang sudah ditentukan sebelum tender dilaksanakan.Jika mereka yg diarahkan menang di salah satu paket,  tetapi ternyata ada “masalah”, maka dgn 1001 alasan, tender akan diulang.

Bahkan bisa terjadi diulang berkali kali,Hal itu bisa terjadi karena ada “invisible power” yang dengan leluasa dapat melakukan intervensi.

Boleh saja istri, suami, anak, mantu, saudara, orang tua ajudan atau staf ahli.

Contoh lain adalah kolusi dalam penetapan APBD.Kasus yang menimpa gubernur Jambi Zumi Zola, oknum anggota DPRD Kota Malang dan banyak lagi kasus serupa di daerah lain.

Demikian pula kasus yg melibatkan oknum agt DPR-RI (kasus Bakamla,  Maluku Utara, dll) adalah sedikit contoh dari banyak kasus serupa.

Maraknya praktek kolusi saat ini adalah wujud dari tidak adanya pengendalian diri. Dlm perspektif budaya siri’, kurangnya pengendalian diri ini dikarenakan perilaku yg makurang siri’.

Akibatnya, perilakunya tdk lagi mencerminkan perilaku manusia. Bukankah hanya karena siri’ maka sesorang disebut manusia? Artinya, hanya karena siri’ maka seorang manusia dapat dibedakan dgn binatang.

Dan hanya karena siri’ maka seseorang hidup didunia, maka sesungguhnya mereka yg tdk lagi memiliki siri’ sdh tdk pantas lagi hidup di dunia.Harakiri bagi org Jepang adalah contoh ekstrim bgmn org yg merasa bertindak memalukan, harus mengakhiri hidupnya.

Contoh lunaknya adalah mundur dari jabatan ketika merasa tdk becus mengemban amanah.

Bagi mereka yg makurang siri’, boleh saja dia merasa diri terhormat krn memiliki kedudukan politik atau memiliki harta melimpah. Tetapi sesungguhnya org semacam ini sdh tdk bernilai. Akan jadi bahan cemoohan masyarakat.(*)

Luthri Andi Mutty

Anggota DPR-RI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *