Dualitas Kehidupan, Covid-19 yang Menghidupkan Kembali Sisi Kemanusiaan

Kabarnusantaranews,Makassar ;– OPINI, “Keberkahan tuhan selalu mendahului kemurkaannya”. Kalimat diatas harus menjadi prinsip kita dalam menjalani masa masa tersulit ini.

Saat dimana kita diuji dengan ketakutan, kematian dan kelaparan. Saat dimana diri kita di uji untuk menekan ego, saat dimana diri kita di uji untuk bersolidaritas, saat dimana kita diberi jalan untuk kembali mengingat ilahi, dan saat dimana kemanusiaan kita mulai dihidupkan kembali dengan adanya pandemi ini.

Sebab manusia jauh sebelum datangnya wabah ini, kemanusiaan mereka telah mati oleh virus-virus financial dan bom financial yang membunuh dan meluluh lantahkan nilai-nilai kemanusiaanya.

Covid-19 datang untuk menyadarkan kita bagaimana tersiksanya mereka yang hidup terisolasi, Covid-19 datang mengajarkan kepada kita untuk merasakan sebuah kelaparan, seperti yang dirasakan anak-anak yang hidup dibawah kolom-kolom langit, anak-anak yang mungkin saat ini tidak peduli dengan wabah ini atau bahkan mereka tidak mengenalnya sama sekali, karna mereka hanya sibuk dengan perut mereka yang sakit karna sudah 5 hari tidak tersentuh makanan.

Disisi yang lain, pandemi ini datang menguji kenegarawanan seorang pemimpin, pandemi ini datang menguatkan tanggul ketabahan seorang pemimpin, dan pandemi ini datang menguji sikap kedewasaan seorang rakyat.

Pandemi ini datang disaat manusia mulai lupa akan politik yang mengedepankan martabat kemanusiaan, pandemi ini datang untuk mengajarkan mereka kembali berfikir tentang kemanusiaan dibalik orientasi-orientasi politik yang hanya berpusat pada kepentingan praktis.

Sungguh pandemi ini datang untuk menyadarkan mereka yang ingin memetik hikmah dibalik masa-masa sulit ini, pandemi ini juga telah membuka mata kita tentang siapa sebenarnya yang berpihak pada kemanusiaan dan siapa yang mengingkari nilai nilai kemanusiaan.

Covid- 19 datang membawa berita kebaikan, yang menunjukan kepada kita bahwa masih banyak orang baik dimuka bumi ini, mereka yang berada di garda terdepan untuk menyelamatkan sebuah kehidupan, mereka yang telah berkorban hidup demi menyelamatkan kehidupan yang lainya, mereka adalah orang orang yang berseragam dedikasi, yang bukan hanya bekerja karna sebuah tuntutan profesi.

Tapi lebih dari itu semua atas dasar kemanusiaan yang luhur. Covid-19 datang mengajarkan kita kembali, bahwa hidup adalah sebuah dedikasi yang tinggi terhadap penghargaan kepada kemanusiaan.

Covid-19 datang untuk sejenak membuat bumi kita beristirahat dari tindakan exploitasi yang berlebihan. Memberi sedikit ruang kepada bumi untuk kembali memperbaiki dan meremajakan diri agar tetap menjadi tempat tinggal ternyaman untuk ummat manusia, meski tidak ada jaminan bahwa setelah wabah ini berlalu, tindakan exploitasi yang berlebihan akan kembali terjadi. Tapi setidaknya Covid-19 telah mengajarkan kepada kita untuk tidak terlalu serakah pada kehidupan.

Jangalah menghardik ataupun membenci situasi ini, Sebab ini adalah pembelajaran besar untuk keberlangsungan peradaban manusia. Wabah ini kembali mempertemukan kita dengan nilai kemanusiaan kita yang telah lama hilang atau bahkan menghidupkan kembali kemanusiaan itu, sebab beberapa dekade manusia seperti hidup tanpa nilai-nilai kemanusiaan.

Semoga wabah ini cepat berlalu dan kita bisa hidup kembali dengan tenang, hidup dengan nilai-nilai kemanusiaan yang selalu mengedepankan cinta kasih dan selalu berlaku harmonis kepada sesama makhluk ciptaan. Sudah saatnya kita kembali pada nilai-nilai kemanusiaan sebelum kembali kepada keribaan ilahi.

Dualitas kehidupan yang pasti, selalu ada baik dan selalu ada buruk. Jika sebagian dari kita menganggap situasi ini adalah keburukan, maka kuburukan akan selalu mendatangkan kebaikan sebagai sisi dualitasnya, kita senantiasa menunggu hikmah dibalik semua ini, tetaplah Arif menjalani kehidupan, karna keberkahan ilahi selalu mendehalui kemurkaanya.

Akhir kata saya mengutip satu pepatah Bugis

“TELLABU ESSOE RITENGANA BITARAE”

Oleh : Awaliah Rahmat (Eks Ketua HMI Komisariat Mipa Universitas Indonesia Timur periode 2017-2018).



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *