CAPD, Alternatif Metode Terapi Untuk Pasien Gagal Ginjal Kronis

Kabarnusantaranews, Makassar;- Gagal ginjal kronis merupakan, keadaan dimana ginjal mengalami kehilangan fungsinya secara permanen, dimana fungsi ginjal adalah untuk membuang zat-zat hasil metabolisme tubuh dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit dalam tubuh.

Derajat kerusakan ginjal dapat diukur melalui pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah, yang kemudian akan dihitung laju filrasi glomerulusnya (GFR).

Menurut Dr. I Gusti Ngurah Agung Tresna Erawan, M.Biomed, SpPD menjelaskan, Penyebab gagal ginjal sangat beragam, dapat diakibatkan penyakit kronis seperti hipertensi dan kencing manis.

“Dapat juga disebabkan karena penyebab akut, seperti trauma, obat-obatan yang bersifat merusak ginjal, dapat juga disebabkan oleh infeksi pada bagian saluran kemih, serta dapat disebabkan oleh adanya batu di saluran kemih,” Jelas dr. I Gusti Ngurah.

Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa, jumlah penderita gagal ginjal kronis semakin meningkat setiap tahunnya. Di Amerika, lebih dari 485.000 orang menderita gagal ginjal dan lebih dari setengahnya menjalani pengobatan cuci darah (hemodialisa).

“Bukan hanya di Amerika, Indonesia sendiri diperkirakan terdapat 18 juta orang yang menderita gagal ginjal dan hanya 12.000 orang yang menjalani terapi dialysis” jelasnya

Pada keadaan gagal ginjal kronis, hanya terdapat 2 pilihan, yaitu cuci darah dan transplantasi ginjal. Kebanyakan masyarakat hanya mengetahui 1 jenis dialisis, yaitu hemodialisis (cuci darah menggunakan mesin).

Namun ternyata, ada 1 alternatif dialisis yang dapat dilakukan, yaitu CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis). CAPD ini masih jarang diketahui masyarakat, padahal jenis dialisis ini sangat efektif dan terbukti lebih meningkatkan kualitas hidup.

Staf Divisi Ginjal dan Hipertensi, KSM Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSUP Sanglah Denpasar itu juga menuturkan bahwa, Prinsip CAPD adalah memasukan cairan dialiser ke dalam rongga perut.

“Cairan di dalam rongga perut ini akan menarik zat-zat hasil metabolisme, yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal. Cairan ini dapat bekerja terus sepanjang hari dan tidak mengganggu aktifitas keseharian, cairan dialiser ini diganti sebanyak 4 kali dalam sehari, dan dapat diganti secara mandiri oleh penderita gagal ginjal kronis setelah dilakukan pelatihan” tutur Dr. I Gusti Ngurah.

Jika dibandingkan dengan teknik hemodialisis, yang mengharuskan penderita gagal ginjal datang ke pusat dialisis sebanyak 2 sampai 3 kali seminggu dan menghabiskan waktu hemodialisis sekitar 4 sampai 5 jam tiap kali datang, CAPD dinilai lebih efisien dan pengguna CAPD dapat menjalani aktifitas seperti orang normal lainnya, tanpa pantangan makan dan minum.(**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *