Para Pencari Suaka Yang Terlantar Di Indonesia Butuh Pertolongan

Kabar Nusantara News;- Kekerasan perang dan kehilangan harapan di negara asal menciptakan gelombang pengungsi di berbagai belahan dunia untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mobilitas pengungsi banyak menyasar negara-negara yang dengan tingkat kesejahteraan tinggi dan wilayah yang luas seperti Australia,Kanada,dan Jerman.Makassar (10/04/2018)

Saat ini, Banyak pengungsi dari Timur Tengah,Afrika dan Asia Selatan yang umumnya tujuan ke Australia tertahan di Indonesia seiring dengan kebijakan imigrasi Australia yang semakin ketat.

Di Kalideres Jakarta Barat saat ini ada sekitar 400-an pengungsi dari 7 negara seperti Afganistan,Somalia, Etiopia, Yaman, Sudan, Pakistan dan Srilanka yg terpaksa tinggal di trotoar di dpn rumah detensi imigrasi Indonesia. Keadaan mereka sangat memprihatinkan. Sepanjang trotoar di depan rumah detensi imigrasi tampak berjejer tenda ukuran 2 X 1,5 meter yang cukup diisi 2-5 orang.
Panas terik matahari, asap, bising kendaraan, dan hujan yg sesekali mendera tentu sangat menyiksa. Di pergantian musim seperti saat ini mereka rentan jatuh sakit, terutama anak balita.

Perhimpunan dokter emergency Indonesia (PDEI) Jakarta hari minggu (8/4/2018) menggelar bakti sosial di depan rumah detensi Imigrasi Jakarta untuk memberikan bantuan kesehatan terhadap para pengungsi. Kegiatan ini bekerjasama dengan Amnesti International, Dompet Dhuafa, dan LSM Selasih yang dari hari ke hari konsisten memberikan bantuan kepada para pengungsi.

“Pasien yang datang rata-rata dengan penyakit ISPA, diare, dan penyakit kulit,Selain itu ada juga beberapa pasien yang harusnya ke Rumah Sakit untuk mendapat penanganan. Namun apa daya mereka terbatas dalam hal ekonomi dan belum punya jaminan sosial.”Kata dokter Iswanto Penanggung Jawab Baksos.

Beberapa hari yang lalu, salah seorang pengungsi yang hamil dilarikan ke RS Kalideres untuk melahirkan. Sedih sekali bayinya tidak tertolong karena sudah dirujuk ke RS lain untuk operasi tapi ditolak oleh tiga RS karena ranjang penuh. Hal seperti ini harusnya tidak terjadi, bagaimanapun mereka juga manusia yang harusnya diperlakukan setara,”ujarnya melanjutkan.

Dari keterangan ketua PDEI Jakarta, dr. Halik Malik,“kegiatan ini menghadirkan 5 orang dokter yang dipanggil sebagai sukarelawan. Tiga orang diantaranya sempat bertugas di kamp pengungsi rohingya di cox’s bazaar bangladesh, mereka kami ajak suka rela saja karena alasan kemanusiaan,seharusnya setiap pengungsi mendapat jaminan kesehatan dan akses terhadap layanan kesehatan manakala diperlukan, otoritas yg berwenang perlu memastikan hal itu.”

Selain itu,”perlu pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap mereka. Anak-anak mereka butuh pendidikan, tempat tinggal yang layak, logistik, hingga konsultasi psikologis untuk menyembuhkan mereka dari trauma,”ungkap Dr. Halik mengakhiri keterangannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *