ANAK LORONG VS RAKSASA IBU KOTA

Kabar Nusantara News ;–Pertarungan pemilihan wali kota (Pilwalkot) Makassar sudah dimulai, dipastikan dua pasang bakal calon akan mengikuti konstestasi lima tahunan yang digelar pada di Juni 2018 mendatang. Bakal calon pasangan Moh Ramdhan “Danny” Pomanto-Indira Mulyasari Paramastuti (DIAmi) dan Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) akan berhadap-hadapan merebut kursi nomor satu di Ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Makassar, (11/1/2018)

Kedua pasangan bakal calon ini secara resmi telah mendaftar ke Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Makassar, tinggal mengikuti tahapan selanjutnya hingga penetapan calon oleh KPU Makassar, 12 Februari 2018 bulan depan.

Sementara, bakal calon pasangan Syamsu Rizal-Iqbal Djalil (DIAji) tersisih dari gelanggang dikarenakan tidak mencukupi partai pendukung sebagai syarat maju yakni 10 kursi parlemen. Sampai saat ini DIAji hanya didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sedangkan seluruh partai diboyong oleh Appi-Cicu melalui komunikasi elite politik.

Dengan demikian, kontestasi ini hanya diikuti oleh dua kekuatan besar (head to head), antara koalisi rakyat milik DIAmi yang menggunakan jalur perseorangan (independen) dan koalisi partai politik (parpol) milik Appi-Cicu.

Menurut pengamat politik asal kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Makassar, Firdaus Muhammad mengatakan kekuatan dua pasangan bakal calon ini untuk sementara berimbang.

“Kekuatan hampir berimbang, pertama karena posisinya head to head maka kita menghitung kekuatan yang dimiliki keduanya. Pak Danny itu dinilai sebagai wali kota yang berhasil, sehingga menjadi alasan masyarakat memilihnya kembali,” katanya

Sementara kekuatan Appi-Cicu hanya berada di koalisi partai gemuk dan para elit. Itupun masih dinilai berbahaya lantaran adanya fenomena para kader partai pengusung yang menolak mendukung Appi-Cicu. Seperti, penolakan kader PDIP, PKS, dan PAN.

“Jadi kelebihan pak Danny lebih kepada kinerjanya, sementara Appi- Cicu dibekap oleh banyak partai. Minusnya Appi-Cicu pengalaman birokrasinya di pemerintahan tidak ada. Akan beda kalau yang diusul itu Ical karena memiliki pengalaman di pemerintahan sementara Appi-Cicu itukan minus di birokrasi. Cicu hanya anggota dewan, kalau Appi background pengusaha,” terang Firdaus.

Namun, Firdaus menilai kekuatan ini akan mengalami pergeseran perbandingan apalagi tahapan pemilihan baru saja akan dimulai. DIAmi lanjut Firdaus harus memaksimalkan kinerja infrastruktur partai pendukung seperti Demokrat dan partai non parlemen seperti Perindo, PSI, dan yang lainnya.

Begitupun sebaliknya, kinerja partai pengusung Appi-Cicu harus lebih maksimal bekerja menghadapi kekuatan suara rakyat milik DIAmi.

“Pendaftaran di KPU kan sifatnya administratif, maka yang terpenting jangan sampai koalisi partai gemuk ini tidak membawa penumpangnya, artinya pak Danny berpeluang mendapat simpati dari kader partai pengusung Appi-Cicu, bukan hanya PKS tapi partai lain juga,” jelas Firdaus.

“Peluang pak Danny cukup besar didukung kader partai, tentunya dengan melihat fenomena-fenomena yang terjadi, bahkan ada kader partai yang berani mengambil resiko politik demi mendukung pak Danny,” tutupnya. (*)



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *